Sabtu, 14 April 2012

Man Jadda Wajada..

hai teman-teman ni posting ke4 diri ku yang diri ku  buat tentang NEGRI 5 MENARA selamat membaca ya 



 
Man Jadda Wajada..
Kalimat sakti yang memberikan semangat baru di kehidupan yang baru. Alif Fikri yang merantau dan memulai hidup barunya di pulau Jawa dengan setengah hati akhirnya mampu menyelesaikannya dengan baik. Berkat kalimat sakti itu, hidupnya tak pernah lepas dari mimpi dan keikhlasan.

Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Kalimat sakti itu terus meluncur dan seperti masuk ke otak saya yang membaca novel ini. “Negeri 5 Menara” menjadikan saya yang sedang bimbang dan sempat ragu untuk melangkah kembali ke jalur yang seharusnya berdasarkan keinginan orang tua,untuk mengambil jurusan untul naik ke kelas 2 tetapi saya tetap Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kerahkan semua usaha disempurnakan dengan berdoa dan bertawakal. (Maaf bila saudara terganggu oleh kisah curahan hati saya. :D )
Harapan, mimpi, pendidikan, kerja keras, disiplin, budaya Minang, hidup di Pondok Pesantren adalah hal-hal yang bisa didapatkan dari novel ini. Bila dibuat film, yang ada di bayangan saya akan timbul sebuah campuran persahabatan Laskar Pelangi, asrama, kepala sekolah, dan sistem pendidikan di Hogwarts, serta kehidupan Pondokan 3 Doa 3 Cinta. Perpaduan kisah seru, menegangkan, lucu, dan emosional yang dilihat dari sudut pandang seorang remaja laki-laki.

Novel ini mengajarkan banyak hal, terutama soal pendidikan di sebuah Pondok Pesantren. Jika dikira Pondok hanya mengenalkan segala hal mengenai dunia Islam dan Arab, cerita di Pondok Madani ini membuka mata bahwa Islam di Pondok ini juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengenal dunia barat yang pernah ditaklukkan Islam. Entah apakah realita di Pondok itu benar atau tidak, novel ini sukses membuat hati saya tergetar dan ingin belajar agama (menyeimbangkan dengan ilmu barat didalami selama 5 tahun di HI).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar