hai teman-teman ni posting ke4 diri ku yang diri ku buat tentang NEGRI 5 MENARA selamat membaca ya
Man Jadda Wajada..
Kalimat sakti yang memberikan semangat baru di kehidupan yang baru.
Alif Fikri yang merantau dan memulai hidup barunya di pulau Jawa dengan
setengah hati akhirnya mampu menyelesaikannya dengan baik. Berkat
kalimat sakti itu, hidupnya tak pernah lepas dari mimpi dan keikhlasan.
Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Kalimat sakti itu
terus meluncur dan seperti masuk ke otak saya yang membaca novel ini. “Negeri 5 Menara”
menjadikan saya yang sedang bimbang dan sempat ragu untuk melangkah
kembali ke jalur yang seharusnya berdasarkan keinginan orang tua,untuk mengambil jurusan untul naik ke kelas 2 tetapi saya tetap Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak
ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kerahkan semua usaha
disempurnakan dengan berdoa dan bertawakal. (Maaf bila saudara terganggu
oleh kisah curahan hati saya. )
Harapan, mimpi, pendidikan, kerja keras, disiplin, budaya Minang,
hidup di Pondok Pesantren adalah hal-hal yang bisa didapatkan dari novel
ini. Bila dibuat film, yang ada di bayangan saya akan timbul sebuah
campuran persahabatan Laskar Pelangi, asrama, kepala sekolah, dan sistem
pendidikan di Hogwarts, serta kehidupan Pondokan 3 Doa 3 Cinta.
Perpaduan kisah seru, menegangkan, lucu, dan emosional yang dilihat dari
sudut pandang seorang remaja laki-laki.
Novel ini mengajarkan banyak hal, terutama soal pendidikan di sebuah
Pondok Pesantren. Jika dikira Pondok hanya mengenalkan segala hal
mengenai dunia Islam dan Arab, cerita di Pondok Madani ini membuka mata
bahwa Islam di Pondok ini juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengenal dunia barat yang pernah ditaklukkan Islam. Entah apakah
realita di Pondok itu benar atau tidak, novel ini sukses membuat hati
saya tergetar dan ingin belajar agama (menyeimbangkan dengan ilmu barat
didalami selama 5 tahun di HI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar